Website Produk Herbal Pria | Rekomendasi Boyke Dian Nugraha
  • PRODUK HERBAL PRIA
    • LAFORTA
    • efek samping laforta
    • Khasiat Laforta
    • FOREDI >
      • Cara Pakai Foredi
      • Testimoni Foredi
    • Manfaat Foredi
    • EFEK SAMPING FOREDI
    • Harga Foredi
  • Produk Wanita
  • Contact Us
    • Foredigel
  • Obat Kuat Pria
  • Layanan GOJEK
  • Boyke Dian Nugraha

Pemuja

2/7/2016

Comments

 

​Pemuja Rahasia

-Pukul 11:30 WIB, di Sentiong
Siang itu begitu terik, panas matahari sangat terasa menusuk ke dalam kulit. Namun, ada pemandangan aneh di salah satu makam baru yang ada di bawah pohon rindang dekat pagar pembatas itu, di sana tampak seorang pemuda dengan baju serba hitam mulai dari atasan hingga bawahan pakaiannya, nampak jelas sekali bahwa pemuda itu sangat berduka atas kepergian orang yang terbaring di makam itu. Sebuah makam baru, yang jika aku tak salah ingat, itu adalah makam seorang gadis muda nan cantik, yang meninggal karena insiden yang sama sekali tak pernah terbayangkan oleh semua teman, keluarga, bahkan orangtuanya. Setahuku, gadis itu meninggal saat ia sedang berlibur ke salah satu objek wisata sungai di daerah Bengkulu Utara.
Saat itu, -dari apa yang ku dengar- ketika ia sedang berenang bersama teman-teman dan semua orang yang juga sedang berwisata ke sana, tiba-tiba debit air sungai naik dan arus besar menyapu semua orang yang berada di aliran sungai itu, sehingga gadis itu, dan juga masih banyak orang lainnya hanyut dan terbawa arus sungai. Naas bagi gadis itu, ternyata itu adalah saat-saat terakhir gadis itu bersama dengan teman-temannya, karena saat dia ditemukan oleh Tim SAR yang dibantu warga setempat, dia sudah terbujur kaku dengan luka lebam di sekujur tubuh, yang ku yakin itu disebabkan oleh benturan dengan bebatuan besar yang tersebar di seluruh tubuh sungai.

Telah lama sudah aku melihat pemuda itu berlutut di samping makam, tak kurang dari 60 menit sudah berlalu, sejak ku lihat pemuda itu datang dengan membawa seikat bunga melati putih dengan baunya yang khas hingga tercium olehku yang berjarak sekitar 2 meter dari tempat pemuda itu. Kulihat, saat tadi dia datang dan berlutut di samping makam itu, saat dia mulai membacakan doa, terlihat dari sudut matanya menetes perlahan titik-titik air mata yang mengalir di pipi merahnya -karena terbakar terik matahari. Sesekali ku lihat ia juga mengelap air matanya dengan sehelai tisu, sementara sayup-sayup ku dengar ia mengucapkan kata, “Aku tidak menangis, kan kamu sendiri yang mengajari aku bahwa aku harus selalu kuat dalam menghadapi liku kehidupan, apa pun yang terjadi.”

Aku tahu ia berusaha untuk tegar dan menerima takdir bahwa ia sudah tidak bisa lagi bertemu dengan orang yang namanya tertulis di nisan makam itu. Sepertinya dia sangat terpukul atas kepergian gadis itu, hal itu terlihat jelas terlebih saat tadi ia mengelap nisan makam gadis itu dan sesekali menciumnya. Suatu hal yang lazim dilakukan oleh orang yang merasa sangat merindu atas kepergian orang yang disayanginya. Apalagi memang gadis itu masih teramat muda dan berparas begitu cantik serta setahuku dia, almarhumah dahulunya adalah salah satu anggota Purna Paskibraka Indonesia (PPI) tingkat Provinsi Bengkulu.

Sebuah prestasi yang sangat membanggakan dan sebuah predikat yang ramai diincar oleh banyak teman-temannya yang lain. Ku rasakan sinar matahari semakin terik, jadi, aku memutuskan untuk mencari tempat agar aku bisa berangin dan mendinginkan kepalaku yang terasa panas karena sorotan matahari di musim kemarau. Tak lama waktu berselang, ku lihat pemuda itu mulai berdiri dan sepertinya hendak beranjak dari makam gadis itu. Ku lihat dia berpamitan kepada gadis yang terbaring di makam itu, dan sekali lagi, dia mencium nisan putih itu dan perlahan membalikkan badannya berlalu meninggalkan makam.

Gerak kakinya yang lamban menuturkan kalau dia sangat berat untuk pergi dan meninggalkan gadis itu sendiri. Namun, setelah ia berdiri terdiam, sekarang dia telah menentukan satu arah untuk berjalan, dan ku lihat, dia berjalan menuju sebuah bangku panjang yang diduduki seorang pemuda yang berada tak jauh dari makam gadis itu. Dia berjalan ke arahku. Dengan sedikit menunjukkan senyumnya, dia bertanya kepadaku.

“Boleh aku duduk di sini?” tanyanya.
“Oh.. tentu.. tentu saja. Adam juga pasti akan senang jika aku berbagi tempat duduk dengan orang lain..” jawabku.

“Ohh, maaf, kalau aku boleh bertanya, Adam, apakah dia orang yang spesial untukmu?” tanya pemuda itu.

“Iya, dia adalah sahabat karibku, kami mulai berteman sejak aku pindah ke Bengkulu, waktu itu kelas 2 SD. Jika pada umumnya anak baru di sebuah sekolah mendapatkan banyak teman, berbeda denganku, hari pertama aku masuk sekolah baruku, aku langsung mendapatkan musuh, dialah Adam Leelawadee, dia juga merupakan anak pindahan sama sepertiku, Ayahnya asli Bengkulu, sedang Ibunya asli Ambon. Namun, akibat disorganisasi keluarga, dia menjadi anak yang nakal, dan pembuat onar di sekolah.”
​
“Meskipun begitu, aku tidak pernah dendam, malah, aku berusaha untuk menjadi teman dekatnya, meskipun sulit, tetapi akhirnya aku bisa melunturkan keras hatinya, aku bisa menjadi temannya dan, menjadi sahabat dekat yang senantiasa menjadi mata dan telinganya, menjadi teman dan kakaknya. Sampai waktunya tiba, dia harus kembali kepada Pencipta kehidupan. Dia dipanggil oleh Tuhan saat dia berusia 16 tahun.”
“Saat itu kelas dua SMA, selama kami menjalin pertemanan, baru saat itulah aku tahu, bahwa dia memiliki prinsip tidak ingin merepotkan orang lain, selama kurang lebih 8 tahun kami berteman, ia tidak pernah sama sekali menceritakan kepadaku tentang penyakit yang dideritanya. Barulah saat ia tiba-tiba pingsan dan digotong ke Rumah Sakit, di sanalah aku tahu kalau selama ini dia menderita kanker darah, dokter bilang kalau Adam telat dua bulan dari jadwal biasanya untuk cuci darah, sehingga ia tak bisa tertolong lagi…”

Aku berhenti sejenak, tak kuasa mengingat kenangan masa lalu yang baru saja melintas di depan mataku. Dan tak terasa air mataku mengalir sendiri tanpa ku sadari, mengingat kenangan yang begitu manis namun pahit di akhirnya. Aku menghela napas panjang sebelum kemudian melanjutkan kembali ceritaku yang tadi, aku lihat dia masih dengan setianya menungguku menyelesaikan cerita, sepertinya dia tahu bahwa aku merasakan apa yang dia rasakan tadi saat dia berada di samping makam gadisnya. Setelah merasa cukup tenang, aku melanjutkan sedikit sisa ceritaku yang belum ku selesaikan.

“Dia, Adam, sudah mengajarkan aku banyak hal tentang cara untuk menjalani hidup dengan ikhlas, tanpa perasaan terpaksa. Dia adalah motivator, dia adalah inspirasiku, aku banyak belajar dari perjalanannya, bagaimana dia merubah 360 derajat kehidupannya, dari yang awalnya anak nakal, ketika remaja dan dewasa ia berubah menjadi pribadi yang baik, ramah, taat beribadah, dan sangat santun. Karena itulah, aku sangat menghormati sahabatku itu, aku selalu ke mari saat aku merasa rindu dan saat aku membutuhkan bantuannya untuk melewati setiap kesukaran hidup yang aku temui. Meskipun sekarang dia tak ada di sampingku, tapi, aku merasa aku selalu bisa mendengar suaranya, karena itulah, aku tidak pernah merasa terpisah darinya..”

Sekarang aku sudah selesai menceritakan kisah menyenangkan yang aku alami bersama sahabatku itu, ku lihat dia tersenyum, senyum yang begitu ikhlas, entah karena ia ikut merasakan apa yang aku rasakan, atau dia mencoba untuk menghiburku agar aku tidak terlalu larut dalam kesedihan seperti yang selalu dia lakukan sedari tadi. Tak banyak pikirku, aku ikut tersenyum kepadanya, dan sesaat kemudian aku memberanikan untuk bertanya kepadanya tentang hal yang sedari tadi membuatku penasaran, aku ingin tahu, siapa sebenarnya gadis cantik yang terbaring di makam itu.
“Mmm.. maaf kalau aku lancang ingin tahu, tapi, boleh aku tahu siapa gadis yang tadi kamu temui?” tanyaku.

Sambil menyunggingkan senyumnya, pemuda itu menjawab, “Dia, Elsa, sahabat sekaligus wanita yang begitu spesial untukku, aku memang bukan siapa-siapa baginya, hanya mengetahui sebatas nama dan kelas, karena kami satu sekolah dan satu tingkatan..” katanya. Pemuda itu menghentikan ceritanya, dan menatap ke hamparan langit biru nan cerah. Aku mencoba untuk memberanikan diri sekali lagi bertanya kepada pemuda itu.

“Kenapa tadi kamu bilang kalau dia adalah wanita yang spesial untukmu?” tanyaku. Ku lihat dia menatapku sejenak, entah apa yang dia pikirkan tapi aku mencoba untuk menebaknya, sepertinya dia berpikir bahwa apakah tepat jika dia menceritakan tentang temannya kepada orang lain yang bahkan baru dikenalnya beberapa waktu yang lalu. Tapi, yang membuat aku tak habis pikir, ternyata dia mau untuk berbagi cerita kapadaku.

“Elsa adalah cinta pandangan pertamaku, aku bertemu dengannya saat Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah, kami mendaftar di sekolah yang sama. Entah bagaimana bisa tapi kami selanjutnya menjadi lebih dekat setelah kami dipertemukan dalam satu regu saat Masa Orientasi Siswa. Saat itu, dia menjadi pemimpin kelompok untuk regu kami, hal itu sangat pantas karena dia memang memiliki background sebagai anggota Paskibra saat di SMP..” katanya. Ku lihat dia mencoba mengingat-ingat sesuatu, tapi hal itu cepat dilupakannya dan kembali melanjutkan ceritanya.

“Selama masa MOS itu berlangsung, aku terus mencoba untuk mendekati dia, saat sedang istirahat makan, aku memberanikan diri untuk bertanya siapa namanya, dari mana asal sekolahnya, dan aku bahkan bertanya kenapa dia memilih untuk mendaftar di sekolah ini. Dengan terus melepaskan senyuman, dia menjawab satu persatu pertanyaanku, dan hari itu, aku berhasil mengetahui namanya, Elsa Dava Selgia. ‘Nama yang benar-benar cantik, seperti orangnya’ pikirku waktu itu..” lanjutnya.

Pemuda itu kembali menghela napas panjang, lalu kembali ke dalam ceritanya.
“Waktu cepat berlalu, dan sekarang, kami sudah resmi menjadi siswa dan siswi SMAN 2 Bengkulu, setelah aku mengetahui ruang kelasku, aku langsung mencari ruang kelas wanita pujaanku itu, aku kembali ke papan pengumuman di dekat ruang guru, dan mencari satu-satunya nama yang ada dalam daftar teman baruku. Ku lihat daftar nama siswa yang diterima di SMA itu, mulai dari kelas X IPA A sampai X IPS C, ku perhatikan dengan teliti, dan berhenti mencari, karena aku telah menemukannya, “X IPA E.” kataku.

Perasaan sedih bercampur sedikit senang waktu itu, sedih karena tidak bisa satu kelas dengannya, sedikit senang karena mengetahui letak kelasnya berhadapan dengan kelasku. Letak kelas yang berdekatan membuatku sering berkunjung ke kelasnya, namun karena aku berpikir bahwa aku hanya pemuja rahasianya, jadi setiap kali aku masuk ke kelasnya, saat warga kelas bertanya, yang aku bilang hanya, ‘Aku ingin main bersama teman-teman SMP-ku dulu.’ padahal jelas sekali, meskipun akhirnya aku berkumpul dengan teman SMP-ku, tapi pandanganku tak pernah lepas dari gadis itu, Elsa.”

“Seperti kataku tadi, waktu cepat berlalu, hampir setiap hari ku gunakan waktu istirahat untuk pergi ke kelasnya, hanya untuk melihat apakah dia masuk sekolah atau tidak. Setiap paginya, aku tak pernah lupa untuk bersiap diri di depan kelas, kapan dia datang aku langsung menyapanya dan dibalas dengan senyumnya yang manis, itu cukup untuk membuatku tetap semangat menjalani hari-hari yang melelahkan selama jam pelajaran sekolah. Hari-hariku di sekolah tak pernah membosankan, karena setiap kali kebosanan merayap sekujur tubuhku, aku bisa saja setiap waktu menyapanya, dan melihat senyumnya yang indah bak mekarnya bunga mawar..”

Mendengar pemuda itu mengucapkan kata. “setiap kali aku melihat senyumnya, aku seperti mendapatkan semangatku kembali.” aku teringat dengan Adam, karena dalam menjalani suka duka hidupnya, Adam tak pernah mengecilkan senyum. Dan satu kalimat yang sampai sekarang selalu aku ingat yaitu dia pernah mengatakan padaku. “Teruslah tersenyum, karena setiap kali kamu tersenyum, satu masalah dalam hidupmu akan hilang.” Awan mulai menutupi matahari, dan menyamarkan sinarnya sehingga membuat udara terasa sejuk sekarang ini. Pemuda itu menyambung ceritanya yang tadi, entah mengapa dia berpikir dia harus menyelesaikan ceritanya, mungkin karena dia sudah merasa nyaman dengan kehadiranku sebagai telinganya di sini, terkaku.
“Satu tahun berlalu, sekarang kami lebih dekat dari sebelumnya, meskipun hingga saat ini aku belum mengatakan padanya perasaanku yang sesungguhnya. Teman-temanku yang satu kelas dengannya sudah mengetahui perasaan terpendamku pada gadis itu, mereka bisa melihat dari gelagatku yang selalu salah tingkah jika dekat dengannya, selain itu aku sering bengong, menatap ke arah gadis itu bahkan saat berkumpul dengan teman-temanku. Aku berpikir, cukuplah sebatas pemuja rahasia, tak perlu bermimpi untuk memiliki hubungan lebih jauh dengannya, karena aku sudah pasti bukanlah tipenya, meskipun belum bertanya langsung.”

“Dan sampai tangan Tuhan menjemputnya, aku tetap belum bisa mengatakan perasaanku yang sebenarnya. Barulah saat ini, hari ini, aku memberanikan diriku, di hadapannya, aku bilang padanya, kalau aku sangat mengaguminya, aku sangat memimpikannya menjadi bagian dari hidupku, menjadi tulang rusukku, menjadi pelengkap hidupku selamanya. Aku bilang padanya, aku benar-benar telah jatuh cinta padanya, aku.. mencintainya.”

Dengan sedikit penekanan pada kata. “Jatuh Cinta”, pemuda itu mengakhiri ceritanya padaku. Aku tersenyum melihatnya, air mata kembali terjatuh membasahi pipinya, kali ini dia benar-benar tidak bisa membendung kesedihan, dia jatuh dalam tangis, aku memberikan sehelai tisu untuknya dan mengulang kata-kata sahabatku yang selalu berhasil menjadi motivasi baru bagiku, ku harap itu akan berpengaruh baginya juga.

“Hei, tersenyumlah, karena setiap kali kamu tersenyum satu masalah dalam hidupmu akan hilang..” kataku. Pemuda itu seperti membeku, dia menatapku seolah-olah dia menemukan sumber kekuatan baru, ku rasa sekarang dia tahu kalau sedari awal aku sudah mengerti perasaan yang dia rasakan.

“Mmm.. sepertinya hari sudah mendung, ayo kita pulang, biarkan mereka berdua istirahat di sini, dan Elsa, setidaknya tadi kamu sudah mengungkapkan semua perasaanmu padanya, aku yakin dia sekarang sangat bahagia, karena dia tahu bahwa ada seorang pemuda baik nan ramah yang sangat mencintainya dengan sepenuh hati..” kataku, “aku yakin itu.” Lanjutku.

Pemuda itu tersenyum penuh keikhlasan mendengar kata-kataku tadi, aku yakin sekarang dia menjadi lebih tabah dan kuat lagi, selain sebelumnya telah disemangati oleh gadis pujaannya, sekarang dia menjadi lebih ikhlas karena dia yakin bahwa balasan bagi gadis baik adalah surga, dan Elsa akan bahagia selamanya, di sana, di sisi Penciptanya. Pemuda itu dan aku berjabat tangan sebagai tanda bahwa kami sekarang sudah menjadi teman, dan sahabat, dan saudara. Aku berkata pada pemuda itu.

“Kamu bisa menceritakan semua perasaanmu kepadaku, aku akan selalu siap menjadi telingamu, kapan pun kamu butuh, aku akan selalu ada, karena kita adalah sahabat..” Kataku.

Pemuda itu mengangguk, dan tersenyum haru karena dia baru saja mendapatkan sahabat baru yang benar-benar mengerti perasaannya. Aku dan pemuda itu lalu beranjak pulang, tapi sebelum aku melangkah lebih jauh, pemuda itu memanggilku, “Hei, katakan siapa namamu?” tanyanya. Aku tersenyum sendiri mengingat kenapa bisa tadi aku sampai lupa untuk mengenalkan namaku padanya.

“Oh, iya, Namaku Abi, Abi Muhammad Dirga, panggil saja Abi..” jawabku.
“Dan, siapa namamu?” tanyaku balik.
Pemuda itu menjawab, “Namaku Ahmad Redho, tapi panggil saja aku Edho..” katanya.
“Baiklah, Abi, sampai jumpa lagi..” lanjutnya.
​
Aku seperti melihat Adam di dalam diri Edho, “Sampai jumpa lagi, Adam…” jawabku.
Kami berdua pulang ke rumah masing-masing segera setelah kami mengucapkan salam perpisahan tadi, aku tidak tahu kapan kami akan bertemu lagi, tapi yang aku tahu, Adamlah yang akan memanduku untuk bertemu dengannya lagi. Begitu pun dengannya, Elsalah yang akan memandunya untuk bertemu dengannya lagi.
Cerpen Karangan: Ahmad Redho
Comments

    Categories

    All

    RSS Feed

Produk Dikirim dengan tetap menjaga PRIVACY CUSTOMER kemasan rapi polos pada Jam/Hari Kerja. Melayani kiriman Dalam dan Luar Negeri Mekanisme pemesanan via sms/WhatsApp (0852-898-55836) order 24 Jam Non-Stop !
www.onherbalpria.com adalah website Resmi Milik Hadi Muljono, Marketing Resmi Produk Herbal Legal BPOM dan Sertifikasi HALAL MUI yang khusus promosikan dan distribusikan Produk Rekomendasi Boyke Dian Nugraha 

www.onherbalpria.com © COPYRIGHT 2021. ALL RIGHTS RESERVED.

  • PRODUK HERBAL PRIA
    • LAFORTA
    • efek samping laforta
    • Khasiat Laforta
    • FOREDI >
      • Cara Pakai Foredi
      • Testimoni Foredi
    • Manfaat Foredi
    • EFEK SAMPING FOREDI
    • Harga Foredi
  • Produk Wanita
  • Contact Us
    • Foredigel
  • Obat Kuat Pria
  • Layanan GOJEK
  • Boyke Dian Nugraha